PERKEMBANGAN ORGANISASI DAKWAH
A. Pendahuluan
Dakwah Islam yang dikonotasikan sebagai upaya transformasi dan
internalisasi nilai-nilai ajaran
Islam kepada umat manusia, dalam pelaksanaannya memerlukan adanya sistem perencanaan
(planning) yang memadai agar dapat mencapai hasil dan tujuan yang
diharapkan. Salah satu
perencanaan yang dimaksud adalah memahami secara objektif dan komprehensif sasaran
dakwah (mad’u) sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan strategi
dakwah yang tepat bagi
pelaku dakwah (dai) dalam melaksanakan tugasnya pada suatu komunitas tertentu.
Namun jauh sebelum membahas hal di atas, para pelaku dakwah harus
memahami terlebih dahulu tentang pengertian, tujuan, fungsi serta tipologi
organisasi dakwah. Sebagaimana
kesalahpahaman tentang makna dakwah akan mengakibatkan kesalahan langkah dalam
operasional dakwah, demikian juga materi dakwah maupun metode yang tidak tepat
justru akan mengakibatkan pemahaman dan persepsi yang keliru tentang Islam itu
sendiri. Akibatnya, citra Islam menjadi rusak justru oleh ulah umat Islam
sendiri yang pada mulanya dimulai dari kenyataan dakwah yang hanya bersifat
rutinitas dan artifisial yang tanpa memberikan pengaruh apa-apa. Padahal,
tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan yang lebih
baik, lebih Islami, lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah.
Secara khusus fokus makalah ini dapat
dibuat rumusan berikut:
1. Apa definisi dakwah dan organisasi dakwah ?
2. Apa definisi tujuan dakwah ?
3. Bagaimana fungsi organisasi dakwah ?
4. Apa yang dimaksud tipologi organisasi
dakwah dan bagaimana aplikasinya ?
B. Pengertian
Dakwah
Islam sebagai agama yang diyakina rahmatan li al
‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) tidak serta merta muncul begitu saja
kepermukaan dunia. Perlu disadari bahwa ajaran Islam yang penuh rahmat tersebut
bisa sampai karena adanya usaha dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Tanpa adanya
peran Rasul SAW. Sebagai penyampai risalah keselamatan (da’i), umat tidak akan
memahami ajaran yang mulia serta menjunjung akhlak pemeluknya.
Dalam bahasa al Qur'an, dakwah terambil dari kata دعا – يدعو - دعوة , yang secara lughawi (etimologi)
memiliki kesamaan makna dengan kata an-nidâ (النداء) yang berarti menyeru atau
memanggil.
Kata ini dan derivasinya menurut informasi yang diperoleh dari peneliti
al-Qur‘an kenamaan Muhammad Fu‘ad Abdul Baqy terulang sebanyak 215 kali.
Dari tinjauan aspek terminologis,
pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz, mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada
kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan
melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia
dan akhirat.
Pengertian dakwah yang dimaksud, menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah
dan pidato, walaupun memangg secara lisan dakwah bisa diidentikan dengan
keduanya. Lebih dari itu, dakwah juga meliputi tulisan bil-qalam dan
perbuatan sekaligus keteladanan bil-hâl wa-qudwah.
Sayyid Qutb lebih memandang
dakwah secara holistik, yaitu sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam
kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang
paling besar, seperti negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan sistem tersebut,
menurut Quraish Shihab, diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk
melakukan perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.
Bagi Ahmad
Mahmud, dakwah jika ditinjau dari segi kosa kata, merupakan bentukan kata kerja
inklinasi (kecondongan) dan motivasi (fi'lun imâlatun wa targhîbun). Melalui analisa ini, dakwah diartikan sebagai usaha memberikan
penawaran kepada orang supaya bersikap condong dan termotivasi melakukan ajaran Islam itu.
Dakwah kepada Islam, artinya tugas untuk mempengaruhi orang agar ia menjadi
condong dan menyukai Islam, baik dengan cara teoritis atau nasehat, maupun
secara praktis atau keteladanan (min qoulin au fi'ilin).
Pada prinsipnya dakwah adalah upaya mengubah cara hidup manusia agar
mengalami perbaikan dalam segala aspek kehidupan. Dalam salah satu FirmanNya
Allah SWT., menyerukan :
ö@è%
¾ÍnÉ»yd
þÍ?Î6y
(#þqãã÷r&
n<Î)
«!$#
4
4n?tã
>ouÅÁt/
O$tRr&
Ç`tBur
ÓÍ_yèt6¨?$#
(
z`»ysö6ßur
«!$#
!$tBur
O$tRr&
z`ÏB
úüÏ.Îô³ßJø9$#
ÇÊÉÑÈ
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).
Definisi Dakwah yang dimaknai
ajakan perubahan kea rah yang lebih baik sesuai tuntunan Agama, jika dikaitkan
dengan organisasi dakwah, maka secara
terminologi organisasi dakwah merupakan perkumpulan yang terdiri dari 2 orang atau
lebih yang memiliki program dakwah. Artinya organisasi dakwah adalah lembaga
keumatan yang bergerak dalam aktivitas dakwah.
C. Tujuan
dakwah
Tujuan
dakwah adalah untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi
atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan.
Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana
seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek
komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku.
Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga
dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan dari proses komunikasi
dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari
komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya difokoskan
pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari
tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada
tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebenarnya
tujuan dakwah itu adalah sama halnya diturunkannya ajaran Islam bagi umat
manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah,
serta akhlak yang tinggi. Dalam proses
penyelenggaraan dakwah, tujuannya adalah merupakan salah satu faktor penting dan
sentral, karena pada tujuan itu
dilandaskan
segenap tindakan dakwah dan merupakan dasar bagi penentuan sasaran dan
strategi atau kebijaksanaan serta langkahlangkah operasional dakwah.
Dari definisi tujuan dakwah, jika dikaitkan dengan
tujuan organisasi dakwah maka dalam aplikasinya memiliki kesamaan. Hanya saja
dakwah yang terorganisir dengan baik dalam menetapkan tujuan akan lebih efektif
dan efisien.
Suatu
tujuan yang baik apabila tujuan itu memang menjadi tujuan semua orang, berharga
dan bermanfaat bagi manusia, dan bisa dicapai oleh setiap manusia,
bukan utopia. Senada dengan itu, H.M.
Arifin, menyatakan bahwa tujuan
program
kegiatan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan
dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah.
Jika
ditelusuri lebih jauh akan ditemukan banyak definisi mengenai dakwah, namun
pada umumnya berbgai definisi tersebut memberikan suatu makna yang sama, dala
artian bawa dakwh adalah suatu ajakan perubahan dari situasi satu pada situasi
lain yang lebih baik, yang tujuan akhirnya adalah agar menjadi khaira ummah
yang beruntung dan dirdhai Allah SWT. Sebagaimana Firmannya:
`ä3tFø9ur
öNä3YÏiB
×p¨Bé&
tbqããôt
n<Î)
Îösø:$#
tbrããBù'tur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3YßJø9$#
4
y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÊÉÍÈ
“Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran: 104)
öNçGZä.
uöyz
>p¨Bé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Y=Ï9
tbrâßDù's?
Å$rã÷èyJø9$$Î/
cöqyg÷Ys?ur
Ç`tã
Ìx6ZßJø9$#
tbqãZÏB÷sè?ur
«!$$Î/
3
öqs9ur
ÆtB#uä
ã@÷dr&
É=»tGÅ6ø9$#
tb%s3s9
#Zöyz
Nßg©9
4
ãNßg÷ZÏiB
cqãYÏB÷sßJø9$#
ãNèdçsYò2r&ur
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÊÊÉÈ
“kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imran: 110)
D. Fungsi
Organisasi Dakwah
Dakwah pada dasarnya adalah kewajiban individual,
dalam artian siapapun orangnya memiliki kewajiban untuk berdakwah. Namun
demikian kegiatan dakwah dalam mengajak kearah perbaikan serta mencegah
perbuatan munkar bukanlah hal yang mudah, untuk itu diperlukan adanya suatu
jaringan kerjasama yang terkoordinasi dalam sebuah lembaga.
Jika setiap orang memiliki misi dakwah masing-masing,
tanpa adanya kerja sama yang terorganisir, ketika ada suatu halangan dan
rintangan tentu akan terasa berat menanggulanginya. Namun jika gerakan dakwah
dilakukan bersama-sama yang diatur dalam sebuah organisasi, maka hambatan
dakwah akan dapat diselesaikan bersama-sama. Artinya selain dakwah individual
diperlukan juga adanya organisasi dakwah sebagai wadah yang dapat menjadi
sarana persatuan dalam mewujudkan misi dakwah. Adapun fungsi organisasi dakwah
adalah :
1. Menjadi wadah gerakan dakwah.
2. Menjadi ruang alternative bagi
masyarakat.
3. Menjadi mitra aktivitas
pemberdayaan umat
4. Menjadi penyalur minat dan bakat
umat.
Dengan adanya organisasi dakwah,
gerakan dakwah akan lebih terarah karena visi dan misi mewujudkan khairu
ummah lebih terkoordinir. Meskipun hambatan dalam dakwah akan selalu ada
seiring kegiatan dakwah, namun hal itu akan lebih mudah diatasi melalui
organisasi dakwah.
E. Tipologi
Organisasi Dakwah
Tipologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis secara lebih spesifik.
Dengan demikian tipologi organisasi dakwah merupakan ilmu yang membahas
pengelompokan organisasi dakwah. Dari definisi ini, setidaknya terdapat dua
makna yang terkandung, pertama pengelompokan organisasi dakwah
berdasarkan pekembangannya sejak awal masa dakwah Islamiah sampai sekarang
dengan berbagai karakteristiknya dibebrbagai belahan dunia Islam.
Dalam hal ini dibahas mengenai ideology berbagai lembaga organisasi dakwah
Islam dengan berbagai karakteristiknya masing-masing. Baik dipandang dari sudut
kemoderatannya, keradikalannya atau yang berada pada posisi keduanya. Tipologi
ini terjadi sesuai dengan pendekatan mereka dalam membuat landasan gerakan
dakwah Islamiah. Dengan pendekatan pergerakan dakwah masing-masing organisasi
secara umum dapat ikelompokkan menjadi gerakan radikalisme, moderat,
konservativ dan progresif.
Kedua, pengelompokkan dalam arti penataan dan pemetaan dakwah.
dalam makalah ini penulis lebih cendrung pada tipologi kedua.
Di dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara disebutkan bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pola manusia
seutuhnya berarti dalam pelaksanaan pembangunan fisik hendaknya tidak terlepas
dari jalur yang mengarah kepada ketinggian martabat manusia. Manusia seutuhnya
berarti pula manusia yang mencerminkan keselarasan hubungannya dengan Allah
Swt, dan lingkungannnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang bermutu tinggi
baik lahiriah maupun batiniah.
Untuk mewujudkan manusia yang
bermutu tinggi tersebut diperlukan berbagai upaya, antara lain melalui dakwah
Islamiah. Namun dengan perkembangan masyarakat yang semakin dinamis dewasa ini
dan beragamnya watak dan corak sasaran dakwah, maka pelaksanaan dakwah
dihadapkan kepada persoalan yang semakin
kompleks. Untuk itu diperlukan sarana
dakwah baik memuat materi dan metode maupun media informasi yang dapat
mendukung kelancaran pelaksanaan dakwah.
Masalah dakwah dalam Islam sama telah
dianjurkan bagi pemeluknya. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw,
pada dasarnya disebarluaskan dengan jalan dakwah. Dakwah ini dijalankan Nabi
dengan cara lemah lembut. Memang melalui dakwah orang-orang Arab Jahiliah
diharapkan secara sukarela menjadi seorang muslim. Menjadi seorang muslim
hendaknya didasarkan kepada penerimaan dan kesadaran, bukan dengan paksaan atau
tekanan.
Dalam melaksanakan dakwah, haruslah
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh tingkat dan kondisi cara berpikir mad’u (penerima dakwah) yang
tercermin dalam tingkat peradabannya termasuk system budaya dan struktur sosial
masyarakat yang akan atau sedang dihadapi. Secara evolusi, obyek
dakwah mengalami perkembangan kearah yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
kemajuan dan intelektual. Bahkan seharusnya seirama dengan tingkat perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi.
Pengembangan dakwah dimaksudkan
agar ajaran Islam secara keseluruhan diharapkan mampu terimplementasikan dalam kehidupan manusia sehingga mampu memecahkan
segala masalah kehidupannya, pemenuhan kebutuhannya yang sesuai dengan ridha
Allah swt. Dengan demikian, dakwah dipandang sebagai proses pendidikan individu
dan masyarakat sekaligus proses pembangunan itu sendiri.
Dakwah dipandang sebagai proses
pendidikan yang baik danbenar-benar harus mengacu pada nilai-nilai Islam yang
diterapkan sedini
mungkin kepada anak-anak. Apabila proses tersebut dapatberjalan dengan baik,
kita akan melihat munculnya generasi muda yangmemiliki komitmen yang kuat.
Mereka adalah para pemuda yang selalu siap mengemban misi kemanusiaan kepada
masyarakat yang ada dilingkungannya dan siaga dalam memenuhi panggilan yang diserukanoleh
negara.
Dakwah dalam
Islam menduduki posisi utama, sentral dan strategis. Kegagalan dan keberhasilan Islam menghadapi perubahan dan perkembangan jaman sangat
ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan oleh umatnya. Secara ringkas tipologi organisasi dakwah yang
mengarah pada kondisi objek dakwah meliputi
keadaan demografis dan geografis, kondisi pemukiman dan
lingkungan hidup, lingkungan organisasi sosial, lingkungan aktivitas
peribadatan, lingkungan
aktivitas pendidikan, lingkungan budaya, termasuk tantangan nilai, aktivitas
missi pihak lain, lingkungan sosial politik, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Wahab Suneth, et. al. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia Baru, (Jakarta: Bina Rena
Pariwara, 2000).
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Cet. III;
Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Ahmad Mahmud, al-Da’wah ilal-Islam, Mauqi’ul-Islam, t.th).
Departemen Agama, al-Qur’an Dan Terjemahnya, , (Surabaya: CV Mahkota,
1996).
Fu’ad Abd al-Baqi, Mu'jam Mufahras Li Alfaz al-Qur’an al-Karim, (Beiruth:
Dar al-Fikr, 2000).
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi (
Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
Jalaluddin Rahmat, “Dakwah dan Tantangannya dalam Kemajuan Sains dan Teknologi
pada Masa Kini dan Esok”. Makalah. Disampaikan pada Seminar Sehari oleh HMJ PPAI Fakultas Dakwah
IAIN Alauddin tanggal 24 November 1994.
Muhammad al-Zuhaili, Menciptakan Remaja Damban Allah; Panduan Bagi Orang Tua Muslim,(al-Bayan: Bandung, 2004)
Muhammad Hasan Al-Jamsi, al Du’at wa al Da’wat al Islamiyyah al-Mu’asirah,
(Damaskus: Dar al Rasyid, t.th.).
Quraish Shihab, Membumikan al- Qur’an, (Bandung: Mizan,
1992).
Sayyid Qutb, Tafsir fi
Zilal al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982).
Syekh Ali Mahfuz, Hidayat
al-Mursyidin Ila Turuq al-Wa’zi Wa al-Khitabah, (Beiruth: Dar al-Ma’rifah,
t.th.).
Muhammad Hasan Al-Jamsi, al
Du’at wa al Da’wat al Islamiyyah al-Mu’asirah, (Damaskus: Dar al Rasyid,
t.th.), h. 24.
Fu’ad Abd al-Baqi, Mu'jam Mufahras Li Alfaz
al-Qur’an al-Karim, (Beiruth: Dar al-Fikr, 2000), h. 330-333.
Syekh Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin Ila Turuq al-Wa’zi Wa al-Khitabah,
(Beiruth: Dar al-Ma’rifah, t.th.), h. 17.
Sayyid Qutb,
Tafsir fi Zilal al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982),
Juz. Ke-1., h. 187.
Quraish Shihab, Membumikan al- Qur’an,
(Bandung: Mizan, 1992), h. 194.
Ahmad Mahmud, al-Da’wah ilal-Islam,
Mauqi’ul-Islam, t.th), h. 14.
Departemen Agama, al-Qur’an
Dan Terjemahnya, , (Surabaya: CV Mahkota,
1996), h.
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Cet. III;
Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 19.
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi (
Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet.
III, h. 4.
Lihat, Jalaluddin Rahman, “Dakwah dan Tantangannya dalam
Kemajuan Sains dan Teknologi pada Masa Kini dan Esok”. Makalah.
Disampaikan pada Seminar Sehari oleh HMJ PPAI Fakultas Dakwah IAIN Alauddin
tanggal 24 November 1994.
A. Wahab Suneth, et. al. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia Baru,Bina
Rena Pariwara, Jakarta, 2000, Cet. I, h. 11.
Muhammad al-Zuhaili, Menciptakan Remaja Damban Allah; Panduan Bagi Orang Tua Muslim,al-Bayan, Bandung, 2004, Cet. I, h. 146.